Rabu, 02 November 2016

Cara Mengatasi Sifat Malas Belajar

Cara Mengatasi Sifat Malas Belajar

Ilustrasi: Shutterstock

JAKARTA - Banyak alasan yang membuat seseorang malas belajar. Bisa karena tidak paham, tidak suka dengan pengajarnya, lebih suka kegiatan ekstrakurikuler, dan masih banyak lagi.
Biar bagaimanapun, agar mendapat nilai yang bagus, kamu tentu harus belajar. Cara-cara ini dapat membantumu menaklukkan kemalasan belajar dan semangat menekuni buku.
BERITA REKOMENDASI

Memotivasi diri
Penyebab malas belajar salah satunya adalah karena tidak punya motivasi. Oleh karena itu, kamu harus punya tujuan dan target. Jika perlu, beri hadiah kepada diri sendiri jika kamu bisa mencapai nilai tertentu. Dengan begitu, semangat belajar akan muncul dengan sendirinya.

Cari tempat yang nyaman untuk belajar

Suasana atau kondisi mempengaruhi mood dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Nah, begitu juga dengan mood belajar. Kamu harus menemukan suasana dan tempat yang nyaman supaya bisa belajar dengan efektif.

Lakukan

Jangan sekadar wacana, tapi harus dilakukan. Tidak ada alasan lagi untuk menunda-nunda belajar. Semakin lama menunda maka rasa malas akan semakin sulit dihilangkan.

Disiplin

Setelah melakukan berbagai cara agar semangat belajar, saatnya kamu disiplin dan konsisten dalam menjalaninya. Disiplin bisa bersifat macam-macam, bisa dalam hal memotivasi diri, merencanakan sesuatu untuk masa depan, dan mencapai cita-cita

Upaya Pencegahan dan Cara Mangatasi Penyimpangan Sosial di Sekolah dan Masyarakat

Upaya Pencegahan dan Cara Mangatasi Penyimpangan Sosial di Sekolah dan Masyarakat

Penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat dapat diatasi mulai dari lingkungan yang paling kecil yaitu keluarga, kemudian lingkungan yang lebih besar lagi (sekolah), dan lingkungan masyarakat.

Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan secara detail upaya pencegahan dan cara mengatasi penyimpangan sosial melalui lingkungan pendidikan yaitu sekolah dan masyarakat.

Di Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan pergaulan anak yang cukup kompleks. Di dalam hal ini, kedudukan pendidik di lingkungan sekolah memegang peran utama dalam mengarahkan anak untuk tidak melakukan berbagai penyimpangan sosial.

Berbagai hal yang dapat dilakukan guru selaku pendidik dalam upaya mencegah perilaku penyimpangan sosial anak didiknya, antara lain, berikut ini.

a. Mengembangkan hubungan yang erat dengan setiap anak didiknya agar dapat tercipta komunikasi timbal balik yang seimbang.

b. Menanamkan nilai-nilai disiplin, budi pekerti, moral, dan spiritual sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

c. Selalu mengembangkan sikap keterbukaan, jujur, dan saling percaya.

d. Memberi kebebasan dan mendukung siswa untuk mengembangkan potensi diri, sejauh potensi tersebut bersifat positif.

e. Bersedia mendengar keluhan siswa serta mampu bertindak sebagai konseling untuk membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan, baik yang dihadapinya di sekolah atau yang dihadapinya di rumah.
Upaya Pencegahan dan Cara Mangatasi Penyimpangan Sosial di Sekolah dan Masyarakat
Gambar: Contoh Pembinaan di Sekolah

Di Lingkungan Masyarakat

Lingkungan pergaulan dalam masyarakat sangat mampu memengaruhi pola pikir seseorang. Dalam hal ini, perlu tercipta lingkungan pergaulan yang sehat dan nyaman sehingga dapat dijadikan tempat ideal untuk membentuk karakter anak yang baik.

Adapun hal-hal yang dapat dikembangkan dalam masyarakat agar upaya pencegahan perilaku penyimpangan sosial dapat tercapai, antara lain, berikut ini.

a. Mengembangkan kerukunan antarwarga masyarakat. Sikap ini akan mampu meningkatkan rasa kepedulian, gotong royong, dan kekompakan antarsesama warga masyarakat. Jika dalam suatu masyarakat tercipta kekompakan, maka perilaku penyimpangan dapat diminimalisasikan.

b. Membudayakan perilaku disiplin bagi warga masyarakat, misalnya disiplin dalam menghormati keputusan-keputusan bersama, seperti tamu bermalam harap lapor RT, penetapan jam belajar anak, menjaga kebersihan lingkungan, dan sebagainya.

c. Mengembangkan berbagai kegiatan warga yang bersifat positif, seperti perkumpulan PKK, Karang Taruna, pengajian, atau berbagai kegiatan lain yang mengarah kepada peningkatan kemampuan masyarakat yang lebih maju dan dinamis.

Jika beberapa upaya tersebut dapat diterapkan dalam suatu lingkungan masyarakat, maka kelompok pelaku penyimpangan sosial akan merasa risih dan jengah, sehingga mereka akan merasa malu jika melakukan tindakan penyimpangan sosial di lingkungan tempat tinggalnya.

cara menjadi siswa yang baik

Inilah tips menjadi siswa yang baik – Seorang siswa yang baik di mata teman, guru dan orang tuanya. Bukan berarti harus berprilaku seperti malaikat. Tidak seperti itu. Siswa juga manusia dan individu yang berada pada taraf perkembangan. 

Siswa pada umumnya berada pada usia dimana seorang individu sedang berkembang secara pisik maupun psikis. Alasan inilah yang membuat siswa kadang-kadang sulit ditebak sikap dan perilakunya. Mereka cenderung menunjukkan perilaku dinamis.
Untuk menjadi seorang siswa yang baik tidak mesti harus menjadi siswa teladan. Begitu pula halnya dengan julukan siswa berprestasi. Tidak harus seorang siswa yang memiliki segudang prestasi belajar akademis di sekolah. Tidak perlu menjadi siswa berprestasi di sekolah. 


tips,siswa yang baik

Apa artinya? Setiap siswa berhak untuk menjadi siswa yang baik di sekolah. Murid yang baik adalah murid yang dapat menempatkan dirinya sebagai seorang siswa. Menuntut ilmu dengan baik dan tekun. Berprilaku yang baik pada semua guru dan teman. 

Nah, kalau siswa yang berpenampilan ala preman dan sering berkata seperti orang dewasa. Itu bukanlah siswa yang baik dan tidak akan disenangi oleh banyak kawan maupun guru di sekolah.

Lalu, bagaimana menjadi siswa yang baik? Tidak banyak syaratnya. Ikuti tips ringan menjadi siswa yang baik berikut ini:
1.Terapkan prinsip ini; yang tua dihormati, sama besar diajak berkawan, dan yang kecil disayangi. Semua orang pasti menyenanginya.

2.Bertutur dan bertingkah laku secara wajar sebagai seorang siswa, jangan seperti orang dewasa. Status masih pelajar tapi pembawaan layaknya orang dewasa.

3.Usahakan untuk mematuhi segala aturan dan tata tertib sekolah maupun waktu belajar dengan ikhlas.

4.Rajin beribadah dan berdoa, di sekolah maupun di rumah.

5.Suka membantu teman yang kesulitan belajar tanpa mengharap pamrih. Tidak mengharap untuk ditraktir, misalnya.
Itulah tips ringan untuk menjadi seorang siswa yang baik di mata teman, guru maupun orang tua. Tentu saja tips yang dikemukakan di atas bersifat relatif dan subjektif. Tidak ada aturan khusus yang memuat menjadi siswa yang baik di sekolah.

sikap guru yang adil terhadap siswa

Etika
Etika dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang filsafat moral, yaitu mengenai nilai, ilmu tentang tingkah laku dan ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang benar. Perilaku etika dapat meliputi:
  1. Pertanggungjawaban (reponsibility)
  2. Pengabdian (dedication)
  3. Kesetiaan (loyalitas)
  4. Kepekaan (sensitivity)
  5. Persamaan (equality)
  6. Kepantasan (equity)

Etika Guru dalam Proses Pembelajaran
Beberapa calon guru memiliki perasaan takut atau ragu-ragu di dalam menghadapi tugas praktik mengajar, tetapi perasaan tersebut akan hilang dengan sendirinya setelah terjun dan mengikuti latihan mengajar di kelas atau di sekolah.
Cara pandangan guru yang baik adalah tidak terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya, namun harus meliputi seluruh kelas, bersikap tenang, tidak gugup, tidak kaku, ambil posisi yang baik sehingga dapat dilihat dan didengar peserta didik. Senyuman dapat mengusahakan dan menciptakan situasi belajar yang sehat, suara yang terang dan jelas dan diadakan variasi sehingga suara yang simpatik akan selalu menarik perhatian anak-anak.

  • Etika guru Indonesia
Di dalam etika guru Indonesia dituliskan dengan jelas bahwa guru membimbing murid untuk membentuk mereka menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Etika bagi guru adalah terhadap peserta didiknya, terhadap pekerjaan dan terhadap tempat kerja. Etika tersebut wajib dimiliki oleh seorang guru untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang baik. Berikut beberapa etika yang harus dimiliki oleh seorang guru:


Etika guru terhadap peserta didiknya
Guru sebaiknya memberi contoh yang baik bagi muridnya. Keteladanan seorang guru adalah perwujudan realisasi kegiatan belajar mengajar dan menanamkan sikap kepercayaan kepada murid. Guru yang berpenampilan baik dan sopan akan mempengaruhi sikap murid demikian juga sebaliknya. Selain itu di dalam memberikan contoh kepada murid, guru harus bisa mencontohkan bagaimana bersifat objektif dan terbuka pada kritikan serta menghargai pendapat orang lain.
Guru harus bisa mempengaruhi dan mengendalikan muridnya. Perilaku dan pribadi guru akan menjadi bagian yang ampuh untuk mengubah perilaku murid. Guru hendaknya menghargai potensi yang ada di dalam keberagaman murid. Seorang guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan ilmu pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, namun juga harus memperhatikan perkembangan pribadi anak didiknya baik perkembangan jasmani atau rohani.

Etika guru terhadap pekerjaan
Sebagai seorang guru adalah pekerjaan yang mulia. Guru harus melayani masyarakat di bidang pendidikan secara profesional. Supaya bisa memberikan layanan yang memuaskan pada masyarakat maka guru harus bisa menyesuaikan kemampuan serta pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat.

Etika guru terhadap tempat kerja
Suasana yang baik ditempat kerja bisa meningkatkan produktivitas. Kinerja guru yang tidak optimal bisa disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak memberi jaminan pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal.

Pendekatan pembelajaran kontekstual bisa menjadi pemikiran bagi guru supaya lebih kreatif. Strategi belajar yang membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan situasi akan mendorong murid mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap profesional guru pada tempat kerja adalah dengan cara menciptakan hubungan yang harmonis di lingkungan tempat kerja dan lingkungan. Etika guru sangat dibutuhkan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

  • Sikap guru
Sikap bagi perkembangan jiwa anak didik selanjutnya. Karena sikap seroang guru tidak hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan lakunya dalam kehidupan sehari-hari oleh anak didiknya. Pada saat ini banyak sikap dari seorang guru yang tidak lagi mencerminkan sikapnya sebagai seorang pendidik karena adanya berbagai factor yang mestinya tidak terjadi dalam dunia pendidikan.

Sikap guru yang kurang mendidik
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-sama membawa kepentingan dan saling membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas mudah melampiaskan ketidakpuasan dengan cara-cara yang tidak benar.
Berikut adalah beberapa sikap guru yang kurang mendidik:
1)      mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
2)      menunggu peserta didik berperilaku negatif,
3)      menggunakan destruktif discipline,
4)      mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,
5)      merasa diri paling pandai di kelasnya,
6)      tidak adil (diskriminatif), serta
7)      memaksakan hak peserta didik

Sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru
Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan, seorang guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen dan Guru, yakni:
1)      kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,
2)      kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
3)      kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam,
4)      kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto, sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah:
1)      Guru harus bersikap adil
2)      Guru harus percaya dan suka kepada murid-muridnya
3)      Guru harus sabar dan rela berkorban
4)      Guru harus mempunyai pembawaan terhadap anak didiknya
5)      Guru harus bersikap baik terhadap teman-temannya dan masayarakat.

Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Guru memiliki peran yang penting dalam kegiatan belajar. Guru harus memberikan kemudahan untuk belajar agar dapat meningkatkan potensi peserta didik secara optimal  dengan menempatkan dirinya sebagai:
  1. Orang tua yang memiliki rasa kasih sayang pada peserta didiknya
  2. Teman, tempat mengadu mencurahkan perasaan isi hati peserta didik.
  3. Fasilitator, yang setiap saat memberikan kemudahan, melayani peserta didik, sesuai dengan minat, kemampuan dan bakatnya.
  4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk memahami permasalahan yang sedang dihadapi anak dan mencarikan solusinya.
  5. Memupuk rasa percaya diri dan berani bertanggungjawab.
  6. Membiasakan peserta didik bersilaturrahmi dengan orang lain secara wajar.
  7. Mengembangkan proses sosialisasi secara wajar antar peserta didik dalam lingkungannya.
  8. Mengembangkan kreativitas.
  9. Menjadi pembimbing ketika diperlukan.

cara Meningkatkan Kreativitas Siswa




Guru Aktif dan kreatif pasti diinginkan oleh setiap siswa. Siswa merasa senang dan nyaman belajar di sekolah tanpa ada yang membebani. Menurut pengalaman teman penulis waktu masih duduk di bangku sekolah, kalau ada sebagian guru menyampaikan materinya kurang meyakinkan, lebih-lebih tidak kreatif. Biasanya, tidak dapat merangsang siswa dengan bentuk apapun. Maka, kecendrungan siswa lebih senang mencari sensasi baru sekedar untuk menghilangkan rasa jenuh. Salah satunya dapat di lakukan dengan membaca buku selain materi, laiknya buku novel yang bersitus porno, berbicara dengan temannya dengan suara tidak nyaring. Tragisnya, kadang siswa mendahulukan tidur dari pada mendengarkan.Asumsi siswa, mengapa harus mendengarkan penjelasan Guru. Jika pada akhirnya keterangannya masuk lewat telinga kanan, keluar ketelinga paling kiri.
PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KREATIFITAS SISWA
Setiap orang memiliki potensi untuk melakukan aktifitas yang kreatif. Setiap siswa baru yang memasuki proses belajar, dalam benak mereka selalu diiringi dengan rasa ingin tahu. Pada tahap ini guru diharapkan untuk merangsang siswa untuk melakukan apa yang dinamakan dengan learning skills acquired, misalnya dengan jalan memberi kesempatan siswa untuk bertanya (questioning), menyelidik (inquiry), mencari (searching), menerapkan (manipulating) dan menguji coba (experimenting).Kebanyakan yang terjadi di lapangan adalah aktifitas ini jarang ditemui karena siswa hanya mendapatkan informasi yang bagi mereka adalah hal yang abstrak. Rasa ingin tahu siswa harus dijaga dengan cara memberikan kesempatan bagi mereka untuk melihat dari dekat, memegangnya serta mengalaminya.
Akhir-akhir ini, banyak hasil kreatifitas yang inovatif yang diciptakan para pelajar dan kemudian mereka meraih penghargaan di tingkat internasional. Antara lain, ada siswa yang meneliti tentang manfaat kulit kacang, membuat alat pemisah sampah yang terdapat di sungai, menciptakan bra penampung ASI, dan sebagainya. Para guru dinilai punya andil besar dalam mengembangkan daya kreatifitas siswa melalui proses pembelajaran.
Praktisi pendidikan Arief Rachman menilai, kreatifitas dikembangkan dari proses pembelajaran yang tepat bukan dari materi-materi kurikulum, tapi bagaimana guru menciptakan proses pembelajaran di dalam kelas agar anak senang bertanya, suka meneliti, dan senang menciptakan.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang guru diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendemontsrasikan perilaku yang kreatif. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kreatifitas siswa antara lain :
  • Guru menghargai hasil-hasil pikiran kreatif siswa
  • Guru respek terhadap pertanyaan, ide dan solusi siswa yang tidak biasa (unusual)
  • Guru menunjukkan bahwa gagasan siswa adalah memiliki nilai yang ditunjukkan dengan cara mendengarkan dan mempertimbangkan. Pada tataran ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada orang lain.
  •  
Disain Kreatif dalam Perencanaan Belajar
Pembelajaran kreatif yang membuat siswa mengembangkan kreativitasnya. Itu berarti bahwa pembelajaran kreatif itu membuat siswa aktif membangkitkan kreativitasnya sendiri.
Mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran berarti mengembangkan kompetensi memenuhi standar proses atau produk belajar yang selalu terbarukan.  Di sini diperlukan strategi agar siswa mampu menghasilkan gagasan yang baru, cara baru, disain baru, model baru atau sesuatu yang lebih baik daripada yang sudah ada sebelumnya.
Segala sesuatu yang baru itu muncul dengan pemicu, di antaranya, karena tumbuh dari  informasi yang baru, penemuan baru, teknologi baru, strategi belajar yang baru yang lebih variatif, sistem kolaborasi dan kompetisi yang baru, eksplorasi  ke wilayah sumber informasi baru, menjelajah forum komunikasi baru, mengembangkan stategi penilaian yang baru yang lebih variatif.
Yang lebih penting dari itu adalah melaksanakan perencanaan belajar dalam implementasi belajar kegiatan sebagai proses kreatif dan menetapkan target mutu produk belajar sebagai produk kreatif yang inovatif.
Indikator kreativitas dalam perencanaan belajar jika guru menetapkan target-target berikut:
  • proses pembelajaran dirancang untuk membangun pengalaman belajar yang baru bagi siswa.
  • proses pembelajaran dirancang agar siswa memperoleh informasi terbaru.
  • proses belajar dirancang sehingga siswa dapat mengembangkan pikiran atau ide-ide baru.
  • proses belajar dapat mengasilkan produk belajar yang berbeda dari produk sebelumnya.
  • produk belajar diekspersikan dan dikomunikasi melalui media yang kreatif.
Memperhatikan harapan-harapan itu, maka mempersiapkan perangkat rencana pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas siswa merupakan sebuah keniscayaan baru dalam sistem pengajaran kita.
Mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran
Secara generik  mengembangkan kreativitas  siswa dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai  pengkondisian atau membangun iklum yang memicu berkembangnya kemampuan berpikir dan berkarya. Landasannya adalah menguasai pengetahuan dan menerapkan ilmu pengetahuan dalam bentuk keterampilan terbaik.
Kreativitas itu merupakan produk pada level berpikir tertinggi. Itu sebabnya, teori Bloom yang baru  menempatkan  to create atau berkreasi menjadi bagian penting penyempurnaannya sehingga ranah kognitif tidak diakhiri dengan evaluasi, melainkan kreasi.
Untuk mengembangkan siswa yang kreatif diperlukan guru-guru yang memiliki kompetensi sebagai berikut:
  • berpengetahuan tentang karakater dan kebutuhan siswa kreatif.
  • terampil mengembangkan  kemampuan berpikir tingkat tinggi.
  • terampil mengembangkan kemampuan siswa memecahkan masalah.
  • mampu mengembangkan bahan ajar sehingga  menantang siswa lebih kreratif.
  • mengembangkan strategi pembelajaran individual dan kolaboratif.
  • memberi toleransi dan memberi kebebasan sekali pun hal itu tidak dikehendakinya jika ternyata prilaku berbeda itu menghasilkan produk belajar yang lebih kreatif.
Di samping kebutuhan kompetensi guru,  pengembangan kreativitas siswa melalui pembelajaran memerlukan iklim atau kultur yang menunjang. Ada kebiasaan-kebiasaan yang baik yang guru tumbuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prilaku siswa kreatif tidak selalu seperti prilaku yang guru harapkan sehingga sering terjadi guru tidak menujang tumbunya kreativitas siswa.
Menurut hasil studi Utami Munandar (1997) ciri-ciri siswa kreatif adalah:
  • terbuka terhadap pengalaman baru.
  • kelenturan dalam sikap
  • kebebasan dalam ungkapan diri
  • menghargai fantasi
  • minat dalam kegiatan kreatif.
  • memiliki tingkat kepercayaan diri terhadap gagasan sendiri.
  • mandiri dan menunjukkan inisiatif.
  • kemandirian dalam memberi pertimbangan.
Di samping sifat tersebut dilihat dari  pengalaman penulis  mengajar, siswa kreatif memiliki sifat-sifat yang berani sehingga kadang-kadang berprilaku berani menentang pendapat, menunjukkan ego yang kuat, bertindak semau gue, menunjukan minat yang sangat kuat terhadap yang menjadi perhatiannya namun pada saat yang berbeda mengabaikannya, memerlukan kebanggaan atas karyanya. Sifat-sifat tersebut sering bertentangan dengan yang guru harapkan.
Guru mengharapkan siswa sopan, rajin, ulet, menyelesaikan tugas sesuai dengan yang guru targetkan, bersikap kompromis, tidak selalu bertentangan pendapat dengan guru, percaya diri, penuh energi, dan mengingat dengan baik.
Karena ciri anak berbakat dengan sifat-sifat siswa yang guru kehendaki berbeda, maka sering terjadi prakarsa kreatif siswa tidak mendapat dukungan guru.
Salah satu model pengembangan kreativitas adalah menggunakan pertanyaan untuk menantang proses berpikir level tertinggi sesuai dengan konsep mengembangkan ide-ide kreatif  dan karya kreatif dan inovatif. Untuk mengembangkan kecakapan ini guru dapat menggunakan berbagai pertanyaan, seperti:
  • Ada ide baru?
  • Setelah memahami konsep ini apakah Anda memiliki ide baru?
  • Setelah memperhatikan cara kerja untuk menyelesaikan tugas itu, adakah proses yang dapat kita sempurnakan sehingga prosesnya menjadi lebih baik?
  • Memperhatikan contoh-contoh itu, apakah ada yang dapat kita sempurnakan sehingga akan menjadi lebih baik?
Pertanyaan itu akan lebih variatif manakala disesuaikan profil kreatifitas siswa.
Profil individu imajinif (imagine) dapat dikembangkan dengan menggunakan model pertanyaan berikut:
  • Setelah membaca itu, adakah sesuatu yang hidup dalam hayalanmu?
  • Setelah melihat percobaan yang unik itu, adakah ide baru yang hendak kamu wujudkan?
  • Bisakah kalian rumuskan gagasan baru yang menurut kalian berbeda dengan yang telah kalian pelajari.
Profil individu penanam modal (invest) dapat dipicu dengan model pertanyaan berikut:
  • Itulah yang dilakukan oleh temanmu dari sekolah lain. Selanjutnya, keunggulan seperti apa yang harus dapat kita wujudkan? Bagaimana prosesnya dan seperti apa hasil yang ingin kita buat?
  • Bisakah kita menghasilkan yang lebih baik daripada yang dapat dilakukan oleh kelas lain?
  • Apa yang dapat kita lakukan agar kita bisa selesai lebih cepat dan lebih baik, kalian punya ide?
Profil individu pembaharu (improve) dapat dipicu dengan model-model pertanyaan berikut:
  • Perhatikan hasil karya itu, apa yang masih dapat kita kembangkan agar karya itu menjadi lebih baik.
  • Apakah kamu punya cara untuk mengkomunikasikan karya itu supaya jauh lebih menarik perhatian orang-orang?
  • Dapatkan kamu sempurnakan alat itu lebih kuat dan orang lebih mudah menggunakannya?
  • Bisakah kamu menyelesaikan tantangan itu lebih cepat daripada yang dilakukan orang-orang?
  • Bisakan kita jamin bahwa usaha itu tidak akan  gagal, bagaimana rencananya?
Profil pengeram ide (incubate) dapat dipicu dengan model pertanyaan berikut:
  • Apakah kamu yakin bahwa kegiatan itu akan lebih efektif, apa kelebihan ide yang akan kamu terapkan?
  • Siapakah sebaiknnya yang akan kamu libatkan?
  • Bagaimana mereka haru bekerja?
  • Keunggugulan apa yang akan benar-benar kalian wujudkan?
Beberapa model pertanyaan itu dapat terus ditingkatkan kesulitannya sejalan dengan berkembangnya kebiasaan baik siswa yang selalu berusaha untuk mendapatkan proses yang lebih baik dengan hasil yang lebih baik lagi.

meningkatkan keimanan siswa

1.  Kegiatan Infaq

       Memberi kesempatan untuk beramal setiap bulan. Pengurus OSIS dapat melakukan cara ini dengan berjalan ke semua kelas setiap 1 bulan sekali, dan nantinya uang sumbangan itu dapat digunakan untuk melengkapi fasilitas sekolah yang dibutuhkan. Jika ada warga sekolah atau keluarganya yang mengalami musibah, hendaknya kita memberi bantuan material dan do’a kepadanya. Perlu diperhatikan, bahwa cara ini bukanlah karena kita tidak mampu, tetapi justru akan membuat perubahan yang lebih nyata.

2.      Pembinaan Sastra dan Budaya
    
       Berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Memperingati bulan
bahasa, melengkapi fasilitas perpustakaan, seperti Buku-buku  Referensi,Ensiklopedia, Kamus Bahasa Asing,dan buku Fiktif. Melestarikan budaya dengan melakukan Pentas Seni di akhir semester, seperti memakai Pakaian daerah, menyanyikan lagu daerah, dan membuka Ekstrakurikuler Pencak silat.

   3.  Menjalankan kewajiban kita sebagai Muslim  

        Melakukan Shalat Sunnah dan Fardu secara Munfarid atau Berjama’ah di sekolah. Sholat sunnah yang dapat dilakukan di sekolah adalah Shalat sunnah Dhuha, para siswa Muslim dihimbau untuk melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Fardu Dzuhur serta Ashar di Mushala milik sekolah. Jika Pengurus OSIS dan Aggota OSIS menjadikan hal ini sebagai rutinitas sekolah, maka siswa yang lain tentunya juga akan mengikuti hal ini, dan berbuah menjadi Budaya kita. Dan bilamana ada Siswa Nonmuslim menjalankan Syariat agamanya juga, hendaknya kita menghormati mereka. Melakukan Tadarus bersama setiap hari Jum’at. Tadarus di sini bukan  berarti membaca Al-qur’an saja, melainkan mengetahui artinya,maksudnya, lalu memahaminya, sampai melaksanakannya. Tadarus tidak perlu membaca surat yang panjang, asalkan kita memahami isinya dan menjalankan apa yang tersirat di Surah tersebut. Jika kita hendak memulai pelajaran, tentunya kita berdo’a terlebih dahulu. Begitu pun pulang. Yang menjadi masalah, Siswa-siswi hanya berdo’a tanpa disertai keikhlasan, sehingga tidak mudah untuk menangkap pelajaran di hari itu. Kita diharapkan dapat membimbing siswa untuk berdo’a dengan Khusyuk. Masalah ini tidak dapat dilakukan apabila tidak ada kesadaran dari diri siswa itu sendiri. Sedangkan orang yang lain hanya dapat memberi Motivasi dari luar. Andaikan, semua teman-temannya melakukan do’a dengan khusyuk, tentu dia merasa malu kepada teman-temannya.


        
4.  Melaksanakan Lomba-lomba yang melatih keterampilan siswa

       Melaksanakan lomba-lomba di akhir semester, yang berupa Classmeeting yang dapat melatih keterampilan siswa, seperti : Sepak bola, Bola basket, Cepat-tepat, dan Pidato bahasa Inggris. Dan melaksanakan lomba-lomba yang melatih keimanan serta keterampilan Siswa di bulan Romadlon, seperti : Lomba menggambar Kaligrafi, Lomba mengumandangkan Adzan, lomba khutbah, dan lomba membaca Al-qur’an. Melaksanakan Pentas seni, seperti Lomba Band antar kelas, Lomba tari, dan Lomba Mading.

5.  Melatih Kepribadian

       Kepribadian kita, apa yang kita lakukan bila melihat sampah ? Kebanyakan orang hanya membiarkannya, padahal ada tempat sampah didekatnya. Mereka hanya berpikir, ‘Ah, biarkan sajalah, Cuma satu’ . Padahal, meskipun Cuma satu kalau ditumpuk bisa jadi penyakit.  Lalu siapa yang disalahkan ? Demikian juga orang yang membuang sampah sembarangan. Diharapkan agar kita lebih mencintai lingkungan kita.  Dengan membayar denda Rp. 10.000 jika ketahuan membuang sampah sembarangan. Kenakalan juga termasuk dalam kepribadian. Kenakalan seseorang menurut saya terjadi karena terdapat kepuasan yang dapat dilakukan dengan kenakalannya yang tidak ditemukannya di Dunia Tentram. Kalau kita memperbanyak kegiatan bermanfaat,  tentunya kita akan membuat diri kita sendiri sibuk, tapi hal itu pasti membuahkan manfaat. Dan manfaat itu tentunya dapat dirasakan oleh kita dan semua orang, Sebaliknya, jika kita berada pada ‘Dunia Hitam’ (Kenakalan) tentunya merugikan orang lain dan juga diri sendiri.
     
6.  Menumbuhkan semangat Nasionalisme dan Patriotisme
      
        Upacara Bendera setiap Senin, merupakan kewajiban kita setiap minggunya. Dilakukan setiap hari senin. Mengapa ? Karena hari senin adalah awal dari semua hari, yang demikian untuk kita lebih semangat untuk menghormati Bendera Merah Putih. Upacara senin adalah salah satu bentuk semangat Nasionalisme, dan juga melatih kedisiplinan. Latihan Pasbranda, melatih para pengibar bendera sekolah lebih terampil dalam bertugas. Dan menghasilkan bibit-bibit baru. Latihan Rutin Pramuka,  juga melatih kedisiplinan, kebersamaan, juga ketangkasan. Latihan Pramuka dilakukan pada hari sabtu. Dengan mewajibkan Ekstrakurikuler tersebut, diharapkan siswa dapat terlatih kedisiplinannya. Juga akan diadakan Perkemahan setiap tahunnya, oleh karena itu, perlu merekrut dan melatih bibit-bibit baru.
  
7.  Pengembangan Etika dan Sopan santun

       Pengembangan Etika Dan Sopan santun, adalah kebiasaan hidup yang baik, perilaku berpola yang menjadi kebiasaan. Misalnya, cara bertamu, cara duduk dan cara berpakaian. Sedangkan Santun adalah halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya) sabar dan tenang; sopan, penuh rasa belas kasihan,suka menolong sesama
   
8.  Melakukan Razia setiap pekan

       Razia, adalah salah satu cara mengurangi rasa ‘Seenaknya’ dalam diri siswa. Dilakukan setiap selesai upacara senin. Berupa Razia rambut, kuku, peralatan sekolah, serta meRazia barang-barang yang tidak semestinya dibawa, seperti senjata tajam, sampai Barang-barang haram.

     9.  Pembinaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

      Melatih keterampilan siswa dalam bidang TIK(Teknologi Informasi dan Komunikasi), dengan berkomunikasi secara Online melalui Jejaring sosial dan Email, belajar mengelola Blog dan Website, dan menerima Informasi dari situs-situs berita Online, mempelajari teknologi WiFi dan Hotspot, dan belajar menjauhi Aktivitas negatif di Dunia Maya, seperti Hacking, Malware, Spamming, dan Phising.

10. Pembinaan Komunikasi Berbahasa Asing dan Budaya Internasional

      Menumbuhkan semangat belajar Berbahasa Inggris, melaksanakan Lomba debat, Lomba pidato dan Lomba menulis menggunakan Bahasa Inggris.  Mempelajari Bahasa Asing lainnya seperti Bahasa Jepang, Mandarin, Arab dan Spanyol. Mempelajari budaya Negara Lain(Bukan untuk mengakui kebudayaan orang lain). Story telling menggunakan Bahasa Asing.

disiplin sekolah


Disiplin Siswa di Sekolah

Dalam kehidupan sehari-hati sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah “refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja.
Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snockdalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah : (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992) mengemukakan: “School discipline has two main goals: (1) ensure the safety of staff and students, and (2) create an environment conducive to learning”. Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa “the goals of discipline, once the need for it is determined, should be to help students accept personal responsibility for their actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves to change”. Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyamanterutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampumenerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.
Keith Devis mengatakan, “Discipline is management action to enforce organization standarts” danoleh karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikutidan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada.
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya